Kiai Sholeh Darat dan Dinamika Politik di Nusantara Abad ke XIX - XX, Buku yang Menelisik Sosok Guru Bangsa

Table of Contents
cover buku kiai sholeh darat


Judul : Kyai Sholeh Darat dan Dinamika Politik di Nusantara Abad ke XIX – XX

Penulis : Taufiq Hakim

Cetakan : November 2016

Penerbit : Institute of Nation Development Studies (INDeS)

Tebal : xxi + 242 halaman; 15x22 cm

ISBN : 978-602-74816-8-8

Kiai Sholeh Darat memliki nama Asli Muhammad Sholih bin Umar din Tasmin. Darat diambil dari nama tempat yang beliau tempati selepas pulang dari Makkah, yaitu kampung Darat, Semarang. Sekarang berubah nama menjadi Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah. Namun, tempat kelahiran beliau adalah Kedung Cumpleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. 

Sosok Kyai Sholeh darat mulai dikenal luas, salah satunya sebab munculnya beliau dalam film “Kartini”. Dalam film tersebut beliau diceritakan menjadi seorang yang membawa perubahan pandangan Kartini terhadap Islam. “Islam Jawa” yang dipandang Kartini dengan sinis, setelah mendapat pencerahan melalui kajian tafsir kyai sholeh darat Kartini mengubah cara pandangnya terhadap Islam.  Dalam film lain Kyai Sholeh Darat dimunculkan ketika beliau mengajar para murid-murid yang terkenal saat ini. Diantaranya K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Ahmad Dahlan, dan RA. Kartini. Lantas, adakah sejarah yang melandasi film tadi ? 

Dalam buku Kyai Sholeh Darat dan Dinamika Politik di Nusantara Abad ke XIX – XX, Taufiq Hakim menjelaskan validitas cerita tersebut. Taufiq mengulas secara rinci bagaimana kualitas keabsahan cerita RA Kartini yang diberi hadiah tafsir Faidh ar-Rahman oleh Kyai Sholeh dari sisi kesesuaian tahun. Taufiq juga membahas bagaimana RA Kartini bercerita tetang sosok yang mencerahkan pemikirannya. Taufiq mencoba menelisik jauh tentang kiprah Kyai Sholeh melalui data-data tekstual maupun lisan. 

Pengantar buku ini ditulis oleh Peter Carey, sejarawan University of Oxford. Peter menceritakan Bahwa Kyai Soleh Darat menjadi sosok pengisi kekosongan pergerakan kemerdekaan Indoensia setelah pergolakan perang Jawa yang berujung penangkapan dan pengasingan Pangeran Diponegoro. Ayah Kyai Sholeh juga mendapat bagian di wilayah utara Jepara. Kyai Umar, ayah Kyai Sholeh bahkan diceritakan sebagai tangan kanan Pangeran Diponegoro. Taufiq Hakim pada Bab awal merangkai silsilah Kyai Sholeh darat beserta bagaimana posisi beliau dalam mengisi kekosongan pergerakan Kemerdekaan Indonesia, lalu menelurkan para kyai dan pahlawan bangsa Indonesia.

Bab 2, Gerakan Intelektual. Taufiq Hakim mencoba menafsirkan pemikiran Kyai Sholeh Darat melalui karya-karya beliau. Taufiq menceritakan bagaimana Kyai Sholeh berperan aktif dalam pelestarian Local Wisdom.  Walau Kyai Sholeh pernah belajar di makkah bahkan menjadi pengajar di pusat peradaban Islam itu, namun Kyai Sholeh tetap merangkul budaya-budaya baik Jawa yang tidak bersebrangan dengan Islam. Diulas Taufiq, dalam karya beliau juga menukil ajaran Sunan Kalijaga tentang petunjuk waktu yang baik bagi seseoang dalam membangun rumah, Senin atau Sabtu wage untuk mendirikan rumah, Rabu Kliwong atau Rabu pahing untuk memasang atap rumah. Saking begitu luwesnya pemirikan Kyai Sholeh, sehingga beliau diberi julukan Al Ghazalinya Jawa. 

Pada Bab 3, Taufiq Hakim menerangkan karya-karya Kyai Sholeh darat yang telah diupayakan untuk ditelisik oleh keluarga Kyai Sholeh dan dirawat keberadaannya hingga kini. Bebrapa karya yang masih sampai sekarang yaitu kitab-kitab karangan beliau. Ada sekitar 12 kitab karya Kyai Muhammad Sholeh bin Umar yang berhasil dikumpulkan melalui penerbit yang berbeda-beda, baik itu dalam negeri mauapun penerbit mancanegara. Dalam bab ini Taufiq menjelaskan kitab-kitab yang ditorehkan Kyai Sholeh Darat, yang berhasil dikumpulkan oleh keluarga. 

Pada bab terakhir, Taufiq menjelaskan akhir hayat Kyai Sholeh Darat, maqbaroh, serta peringatan Haul yang dilaksanakan oleh keluarga dan warga sekitar di wilayah Darat, semarang. Pada bab ini penulis juga merangkai kisah-kisah karomah Kyai Sholeh Darat yang telah turun temurun diceritakan oleh keluarga maupun murid-murid beliau. Penulis mencoba mencari sumber dan rujukan paling awal cerita-cerita tersebut sehingga dapat memperkuat cerita tersebut. Selain 2 point tadi, pada bab ini Taufiq hakim menelusur jejak pemikiran Kyai Sholeh Darat yang disebar luaskan oleh salah satu komunitas bernama KOPISODA (Komunitas Pecinta Kiai Sholeh Darat). Mereka melakukan kajian-kajian karya Kiai Sholeh darat ke beberapa tempat sekitaran. Pada bab ini Taufiq membeberkan bagaimana mereka melakukan kajian tersebut ke berbagai tempat. 

Gapura Makam KH. Sholeh Darat
Gapura K. Sholeh Darat

Makam KH. Sholeh Darat
Maqbaroh K. Sholeh Darat

Secara keseluruhan, buku ini cocok sebagai bahan bacaan masyarakat kampus. Bukan buku yang ringan, dan akan mudah bosan bagi pembaca. Karena dalam buku akan disajikan data dan perkiraan-perkiraan kesinambungan data tersebut dengan sejarah yang beredar di masyarakat. Maka dari itu, perlu kesabaran dalam merampungkan dan menelaah buku setebal 242 halaman ini. Diluar itu, Buku “Kyai Sholeh Darat dan Dinamika Politik di Nusantara Abad ke XIX – XX” tetap sangat disarankan kepada khalayak umum, karena dapat membuka pandangan masyarakat Islam Nusatara dengan gelora semangat nasionalis Kiai Sholeh serta strategi yang baik dalam mensyi’arkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. 

Selamat membaca, salam Literasi


Posting Komentar