Menelaah Buku “Njawani”; Penelitian Akhir Akademik yang Dibukukan
Ada ketertarikan tersendiri bagi seorang peneliti dalam siklus keluarga jawa yang melahirkan stigma “Njawani”. Njawani berarti berpikir dan bertindak secara Jawa. Dari stigma tersebut maka muncul pertanyaan, “mekanisme kuasa seperti apakah yang berjalan dalam keluarga jawa ?”, atau saya parafrasekan kurang lebih seperti ini “apakah ada suatu aturan dalam keluarga jawa yang membentuk seseorang agar bisa dikatakan Njawani ?”.
Reka Sakti yang bernama asli Robertus Eka Sakti Nugraha, alumnus Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan Fisipol Universitas Gajah Mada mengambil penelitian tentang kekuasaan keluarga jawa atau bisa dibilang “Politik keluarga jawa” dalam pembentukan anak-anak orang jawa dalam kebudayaannya. Penelitian tersebut berjudul “Kekuasaan/Keluarga: Analisis Trinitas Bourdieu Terhadap Keluarga Jawa Sebagai Arena Politik dan Reproduksi Subjek”. Penelitian ini akhirnya disunting dan dijadikan buku. Nuansa penelitian sangat terasa sekali dalam buku ini. Bab 1 yang memuat latar belakang, rumusan masalah, kajian pustaka dan pembandingan dengan penelitian sebelumnya. Bab 2 yang berisi pisau analisis yang digunakan dalam penelitian. Bab 3 dan 4 berisi laiknya kajian teori, termuat dalam pembahasan seluk beluk budaya jawa dan keluarga jawa. Bab 5 berisi laiknya pembahasan dalam suatu penelitian. Dan bab 6 penutup. Tetapi, walau sebelumnya, buku ini adalah suatu penelitian, tetapi Reka Sakti menyajikannya dengan frasa yang tidak kaku.
Dalam menganalisis keluarga jawa, Reka Sakti menggunakan teori Bourdieu, yakni Habitus, Arena dan Modal. Habitus adalah sktruktur internal yang senantiasa dalam proses restrukturasi. Habitus dalam keluarga jawa dicontohkan seperti kebiasaan-kebiasaan orang jawa; tata krama saat melewati orang yang sedang duduk “nderek langkung”, kepribadian Alus lan kasar, satru dan jothakan, dll. Dalam filsafat jawa Herusatoto menguraikan sikap hidup jawa yang menjadi konsep hasta sila (delapan sila) yang terdiri dari dua pedoman : trisila (eling, pracaya,dan mituhu) dan pancasila (rila, narima, temen, sabar, dan budi luhur). Secara singkat dari pak Fahrudin Faiz , diluar buku ini, menjelaskan bahwa Habitus Inilah yang akan menjadi gaya hidup kita. Modal adalah hal-hal/ sesautu yang harus kita miliki untuk mencapai tujuan tertentu/untuk melahirkan kesempatan-kesempatan”. Sedangkan Arena adalah ruang khsusus yang ada di masyarakat (politik, bisnis, pendiidkan, dll).
“Habitus Jawa Tradisional tidak benar-benar hilang, melainkan mengalami ketegangan dengan moderitas”. Karena hasitus orang jawa tradisional berada dalam arena modernitas, maka hal ini akan menciptakan subjek yang baru, yaitu subjek pada masa kini.
Di bagian akhir pembahasan, Reka Sakti menjelaskan hasil analisisnya terdapat kekuasaan dalam keluarga jawa yang kerena habitus jawa dan arena bersinggungan, maka akan berdampak pada suatu perubahan; ada yang berubah dan ada pula yang bertahan dalam masyarakat jawa.
Buku ini sangat cocok bagi akadmisi, atau bagi para penikmat buku yang agak berat yang tidak membosankan. Tiap bab dalam buku ini, seperti yang saya katakan di depan, dibawakan dengan renyah. Buku ini bisa dibaca dalam sekali duduk saja, karena halamnnya yang tidak begitu tebal, tetapi tetap memperhankan nutrisi didalamnya.
Selamat membaca. Salam Literasi

Posting Komentar