Budaya Jawa dan Keanekaragamannya

Table of Contents


Kemajemukan budaya jawa menjadi satu hal yang tidak bisa dipungkiri lagi keberadaannya. Keluhuran budaya-budaya jawa dijunjung tinggi masyarakat jawa. Mereka dilabeli seseorang yang sudah “Njawani”. Sebaliknya, seseorang yang tak selaras dengan adat jawa diberi label “ora njowo” yang bermakna indonesia “bukan orang jawa”. Njawani sendiri dikategorikan bagi orang yang memiliki kepribadian jawa. Keluhuran budaya jawa sebagiannya adalah pemikirannya, bahasanya, adab/ tata kramanya. 

1. Pemikiran

Orang jawa—bisa dibilang— memiliki kedudukan yang hampir setara dengan peradaban-peradaban dunia, dengan keilmuannya. banyak keilmuan orang jawa yang diabadikan dan masih relavan hingga sekarang. Pemikiran-pemikiran orang jawa cukup tinggi, walau beberapa diantaranya bersinggungan dengan mistisme, sebuah pengetahuan yang dianggap rendah oleh ahli sains. Walau begitu, mereka, para ahli sains mulai melirik keilmuan mistik yang mereka anggap kuno tak tak layak uji. Cabang ilmu fisika tetnatng teori kuantum yang membenarkan ilmu ilmu mistik. 

Pemikiran orang jawa juga menyelipkan ragam filsafat dalam karya-karyanya. Contoh saja “tembang-tembang jawa” yang didalamnya pasti terdapat makna mendalam. Bahkan setiap kata atau bahkan tiap hurufnya. Seperti karya RM. Ronggo warsito yang menyelipkan sandi di setiap puisinya. Ia memberikan kode namanya dalam tiap larik. Beliau juga menyelipkan “jangka” dalam beberapa karyanya. Jangka biasa dipakai orang jawa untuk “titenan”, seperti ramalan. Jangka ditulis tidak secara gamblang menyebutkan ramalannya. Bisaanya orang jawa membuat jangka dengan berdasarkan peristiwa-peristiwa yang menasarinya. Lalu disimpulkan. Seperti halnya mbah moen yang ngendiko “angger sasi juli nyekel dwit, insyaAllah setahun ora bakal ora ndwe dwit”. Beliau juga mneyatakan bahwa ini tidak ada dalilnya, namun bisa menjadi titenan. 

Orang jawa dalam tiap langkahnya memperhitungkan sebuah makna. Pakaian baju koko, yang diartikan sebagai baju taqwa, rumah joglo dengan maknanya setiap bagian2nya, tanaman yang diberi nama dengan makna seperti janur bermakna “ja’a Nurun”. Makanan Kupat (ngaku lepat), lepet (dilep se rapet), dll. Orang jawa juga mempercayai bahwa “asmo kinaryo jopo”. 

2. Bahasa

Jawa memiliki bahasa yang adilunhung. Mulai dari kekayaan koskata yang hampir setara dengan bahasa yang paling tua di dunia, bahasa arab. Perbandingan antara kosakata jawa dengan Indonesia hampir setengahnya. Namun karena kemandekan serapan kosakata jawa akhirnya bahasa jawa mulai stagnan. Walau begitu, tiap kosakata jawa memiliki makna dan klasifikasinya masing-masing. Bahasa Jawa memiliki strata, layaknya bahasa Arab, ini memnandakan bahwa jawa menjunjung tingga tata krama. “Aksara Jawa” atau huruf dalam jawa juga memiliki kelebihan tertentu dibandingkan dengan huruf dalam bahasa lainnya. Dr. Arman Yurisaldi meneliti kekayaan manfaat dalam aksara Jawa, salah satunya dapat melatih kekuatan otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Huruf jawa yang ornamental dan harus ditulis dengan rapi menunjukkan bahwa orang jawa zaman dahulu memiliki kecerdasan otak kanan dan kiri yang baik. Dalam hal ini aksara yang ada di bahasa lain tidak semenakjubkan dibanding dengan aksara jawa. Aksara yang serumpun dengannya, seperti aksara kawi, devanagari dll juga kalah menakjubkan dari aksara jawa. 

3. Tata Krama

Dalam pandangan jawa, strata sosial masih berlaku. Setiap orang ada yang memiliki kasta (kehormatan) yang tinggi ada pula yang memiliki kasta rendah. Perbedaan kasta ini semenjak para wali songo datang ke nusatara, diubah bukan lagi jenjang antara raja dan rakyat jelata,miskin dengan kaya. Namun, antara guru-murid, kyai-masyarakat, pemimpin-rakyat, dengan batasan-batasan tertentu. Orang jawa diharuskan memiliki Andhap Asor/ sopan santun. Beberapa perangai dicontohkan sebagai bukti eksplisit seorang kepada orang yang harus dihormati. Seperti menundukkan badan saat melewati orang yang lebih tua, salim dengan mencium tangannya, hingga menggunakan bahasa jawa krama. Salah satu tujuan ragam bahasa jawa dalam satu kata ini digunakan untuk mengkategorikan bahasa-bahasa yang dipakai bagi seseorang kepada orang yang diajak bicara. Ini menjadi salah satu budaya jawa dalam bertata krama. Secara tidak langsung budaya seperti ini mencerminkan keluhuran jawa dalam pemikirannya.  

Jawa yang merupakan sebuah suku yang ada di Indonesia telah ada sejak sangat lama. Perkembangan kebudayaannya mempengaruhi budaya-budaya masyarakat sekitarnya, serta mempengaruhi kebudayaan-kebudayaan yang baru datang. Kebudayaan asli jawa diakluturasi oleh budaya hindu, diakulturasi juga oleh budaya budha. Jawa tetap menerima dengan tangan terbuka, budaya yang lama juga tak hilang, hanya mungkin ada penyesuaian. Lalu islam datang melalui para walisongo dan para mubaligh lainya, jawa terbuka, kebudayaannya diakulturasi lagi dengan penyesuaian-penyesuaiannya. Seterusnya hingga memasuki jawa modern dan kontemporer. Namun, ketika budaya eropa masuk ke Indonesia, sepertinya jawa tidak mau berkompromi dengannya. Banyak kebudayaan mereka yang tidak pas jika diakulturasikan dengan jawa. Sampai saat ini 2 kebudayan tersebut saling berrebut menempatkan posisinya dimasyarakat jawa modern. Bagi saya hal baik ketika kebudayaan lama yang condong dengan khas Nusantara tidak pernah luntur tergantikan budaya manapun yang tak mau berkompromi dengan budaya lama.


Posting Komentar